Asrul Pramudiya

Penanganan banjir selama ini fokus pada peningkatan kapasitas sungai sementara pengelolaan air hujan
di daerah aliran sungai (DAS) sebagai sumber air masih terabaikan, sehingga perlu dikembangkan
metode peningkatan fungsi DAS dengan merumuskan kebutuhan tampungan air. Disamping itu
pengendalian banjir (struktural) saat ini lebih pada mengendalikan limpasan permukaan/kuantitas air
hujan dengan jalan meningkatkan/mengembalikan fungsi DAS yaitu menampung dan menyimpan air
hujan, berupa membangun tampungan di hulu DAS. Tampungan air berfungsi mengelola kuantitas air
hujan dengan mengendalikan debit puncak saat kejadian banjir, dan sebagai fasilitas penyimpanan air
yang paling efektif untuk mengatur air. Tampungan air dapat berupa kolam penahanan (detention
basin), kolam retensi (retention basin), kolam penundaan (retarding basin), dan embung (small dam).
Penelitian ini bermaksud merumuskan kebutuhan kapasitas volume tampungan DAS, melalui
penentuan volume tampungan DAS yang optimal dengan volume tampungan sebagai fungsi limpasan
permukaan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan limpasan permukaan berbagai periode ulang
banjir, menentukan volume tampungan sebagai fungsi limpasan permukaan, menentukan volume
tampungan DAS yang paling optimal, dan merumuskan kebutuhan kapasitas volume tampungan DAS.
Penelitian dilaksanakan pada DAS Jatigede seluas 1.468,22 km2, berada di Kabupaten Garut dan
Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. DAS Jatigede terdapat 92 Sub DAS dan merupakan hulu
dari DAS Cimanuk.
Data yang digunakan yaitu data primer (pengukuran debit sungai) dan data sekunder (curah hujan harian
rata-rata Tahun 2011-2020, peta jenis tanah Tahun 2020, peta tata guna lahan Tahun 2011 dan Tahun
2020), dimana data primer digunakan sebagai kalibrasi penelitian. Analisis limpasan permukaan banjir
dengan metode soil conservation service (SCN) curve number (CN), dan model debit banjir HEC-HMS.
Debit limpasan permukaan dengan HEC-HMS dikonversi menjadi volume tampungan dari semua Sub
DAS pada segmen 1 dan segmen 2 DAS Jatigede. Waktu konsentrasi (𝑑𝑐) dipakai dalam analisis
tersebut. Volume tampungan setiap Sub DAS dikonversi sehingga didapat kedalaman limpasan
permukaan berbagai periode ulang. Rumusan kebutuhan kapasitas volume tampungan didapat dari hasil
analisis volume tampungan paling optimal berdasarkan kemiringan sungai. Hasil rumusan yang didapat
divalidasi dengan volume tampungan hasil konversi limpasan permukaan HEC-HMS, validasi
dilakukan segmen 3 DAS Jatigede (Pulau Jawa), DAS Jangkok (Pulau Lombok), DAS Tanggek (Pulau
Lombok), dan DAS Jeran (Pulau Sumbawa).
Hasil rumusan kebutuhan kapasitas volume tampungan DAS ditemukan rumusan volume tampungan
hulu DAS (VTHD) menghasilkan persamaan volume tampungan paling optimal berdasarkan
kemiringan sungai, periode ulang Q10 untuk slope 0,1 dan periode ulang Q25 untuk slope 0,01.
Persamaan yang representatif untuk menghitung volume tampungan hulu DAS (VTHD) berdasarkan 2
(dua) kemiringan sungai, slope 0,1 dengan persamaan 𝑉𝑇𝐻𝐷 = 𝐴 Γ— (0,0011 𝐢𝑁3,5276), dan slope 0,01
dengan persamaan 𝑉𝑇𝐻𝐷 = 𝐴 Γ— (0,0036 𝐢𝑁3,2332). Validasi VTHD dilakukan pada segmen 3 DAS
Jatigede (Pulau Jawa), DAS Jangkok dan DAS Tanggek (Pulau Lombok), dan DAS Jeran (Pulau
Sumbawa). Rata-rata tingkat akurasi VTHD untuk slope 0,1 sebesar 71,11 %, slope 0,01 sebesar 71,31
%. Hal ini menunjukkan model VTHD dapat diterapkan untuk menghitung kebutuhan kapasitas
tampungan air di hulu DAS. Hasil validasi menunjukkan VTHD lebih efektif dibangun/diterapkan pada
luas DAS kurang dari 25 km2 untuk mengendalikan limpasan permukaan DAS, dapat dengan
memanfaatkan sempadan sungai.